Minimnya praktek dalam pendidikan agama disinyalir sebagai penyebab menurunnya kualitas bangsa Indonesia. Bangsa yang terkenal dengan kearifannya, kini telah banyak memudar. Keadaan ini tidak lepas dari adanya aliran-aliran sesat dan kekerasan yang mengatasnamakan agama.
Pendidikan agama seharusnya mengutamakan praktek dari pada teori. Penilaiannya pun diutamakan pada ranah afektif dan psikomotorik tetapi bukan berarti mengesampingkan kognitif. Rambu-rambu terbentuknya karakter bisa dirasakan pada kehidupan sehari-hari. Baik atau buruknya karakter seseorang sangat berpengaruh saat berinteraksi di tengah keluarga dan masyarakat.
Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap melalui Kasi Bimas Islam Moeh Tongat, Kamis (21/3) pada acara Sosialisasi FKUB di Pendopo Kecamatan Maos. Kegiatan diikuti oleh anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kecamatan Maos, Adipala, Sampang dan Kesugihan serta tokoh agama setempat.
Ditegaskan bahwa pemerintah seharusnya mengutamakan pendidikan dari pada pengajaran. Di mana pendidikan sangat mengutamakan kualitas karakter. Sedangkan pengajaran mengutamakan kuantitas dan popularitas. Pendidikan menitikberatkan pada kecerdasan hati atau emosional sedangkan pengajaran sangat mengutamakan kerja otak. “Tidak ada istilah pengajaran karakter, yang ada adalah pendidikan karakter. Jika yang digembor-gemborkan pendidikan karakter tetapi yang dipraktekkan adalah pengajaran, ya kapan sampainya?,” ungkapnya.
Dijelaskan bahwa tugas utama guru seharusnya mendidik bukan mengajar. Paradigma mengajar sudah seyogyanya ditinggalkan dan kembali ke semula yakni mendidik. Hanya dengan pendidikanlah karakter bangsa bisa dibentuk ke arah yang lebih baik. Melalui pendidikan, generasi penerus bangsa akan bisa mengenal sekaligus melaksanakan toleransi. Saling menghargai dan menghormati terhadap sesama akan tertanam melalui pendidikan.
Akan tetapi materi pendidikan tidak bisa diukur seperti materi pengajaran. Pendidikan memerlukan waktu yang lama dalam memanamkan nilai-nilai dalam jiwa seseorang. Ukuran keberhasilan pendidikan akan bisa dirasakan pada kenyamanan dan ketenteraman. Dengan demikian harmonisasi kehidupan di masyarakat dapat tumbuh dan terjaga. (on)