Pendidikan karakter yang telah digembor-gemborkan pemerintah akhir-akhir ini, ternyata tak kunjung menampakkan hasil. Perubahan kurikulum untuk merubah mindset pelaku pendidikan juga masih terkesan jalan di tempat. Hanya berkutat pada teori-teori tertulis yang terkesan rumit untuk diimplementasikan.
Madrasah diniyah sebagai lembaga pendidikan karakter yang usianya tak kurang dari 14 abad, merupakan jawaban tepat atas persoalan yang terjadi. Kontribusi Madin yang sangat dirasakan hasilnya oleh pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan lahirnya UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dan PP No 55 Th 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.
Pola hidup masyarakat yang lebih mengutamakan karir atau pekerjaan, membuat anan-anak usia dini kurang diperhatikan. Seorang ibu merasa berkerja itu lebih penting daripada mengurus anak di rumah. Secara otomatis, pendidikan anak diserahkan kepada pembantu dan saat menginjak remaja, lingkungan masyarakat tidak kondusif.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap Mughni Labib menegaskan, bahwa pendidikan keagamaan merupakan pilar utama penentu karakter bangsa. Penegasan in disampaikan Rabu (13/4) saat acara workshop Pengembangan Mutu Pendidikan Keagamaan di Ruang Rapat Kankemenag Cilacap yang diikuti 40 peserta. Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena turut menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa emas namun kritis bagi pembentukan karakter seseorang.
“Bangsa ini akan berkembang dan maju pesat jika generasinya berkarakter. Sebaliknya jika generasinya bobrok, maka runtuhlah bangsanya. Saya sangat mengapresiasi semangat guru Madin dalam mengikuti workshop ini. Dan saya berharap banyak kegiatan ini bisa menghasilkan dampak positif yang besar untuk kemajuan Madin,” ungkapnya.
Sehingga guru Madin harus mampu mengembangkan dirinya tertutama kepribadian yang santun dalam segala bidang penghidupan. Siswa madrasah diniyah memerlukan 90% praktek, karenanya figur menjadi unsur pokok yang harus ditingkatkan.(on)
Kepala Kemenag : Temu Kangen atau Reuni, dari seremoni menuju Aksi
Banyaknya kegiatan reuni atau temu kangen yang diselenggarakan oleh berbagai komunitas, menurut Imam Tobroni memiliki arti positif, selain dapat merekatkan...
Selanjutnya