Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh) Kemenag Cilacap, Kamis (22/9) menggelar sarasehan Menangkal gerakan radikalisme dengan dakwah yang ramah di Gedung PWRI Kecamatan Maos. Kegiatan tersebut diikuti 130 peserta terdiri atas penyuluh agama Islam, perwakilan Ormas Islam, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Ketua Pokjaluh Kemenag Cilacap ‘Aid Mustaqim mengatakan, bahwa sarasehan tersebut bertujuan untuk mendiskusikan strategi dakwah yang sejuk dan ramah. Membahas terciptanya pemahaman bersama tentang pola berdakwah yang sejuk dan ramah. Kemudian mengupayakan terciptanya pemahaman bersama tentang langkah strategis dakwah dalam konteks pencegahan dan meminimalisir tindakan radikalisme agama yang efektif dan efesien. Serta memformulasikan paradigma dan komitmen dakwah islamiyah yang sejuk dan ramah.
Menurutnya, jika dilihat kultur keagamaan, asli masyarakat timur mayoritas Islam moderat dan toleran. Seperti, Nahdlatul Ulama yang mayoritas juga sebagian Muhammadiyah, maka munculnya sebuah Ormas keagamaan yang mengatas namakan MTA (Majlis Tafsir al qur’an) cukup meresahkan masyarakat. Hal ini disebabkan pendapatnya yang disiarkan secara relay lewat radio sering kali tafsir tafsirnya atau pendapat pendapatnya bertentangan dengan amaliyah masayarakat Islam Cilacap timur ini. Dan tema-tema dakwah yang disampaikan sering menyudutkan kelompok lain.
Kondisi tersebut menurut hematnya, tentunya menimbulkan prasangka buruk dari kelompok agama lain. Akibatnya, Islam menjadi identik dengan kekerasan, Islam anti damai dan lain sebagainya. Dengan melihat keadaan tersebut, masyarakat bisa menganggap bahwa tokoh-tokoh agama atau da’i – da’i kurang serius dalam mencari formulasi yang pas dalam dakwah Islamiyah dan membiarkan masyarakat terperangkap dalam kebingungan melihat aktifitas dakwah. Hal ini menurutnya sangat memprihatinkan mengingat dakwah Islamiyah adalah sebuah keharusan bagi setiap pemeluk agama. Namun karena pemahaman dan pengetahuan atas teks-teks sumber agama sangat terbatas mengakibatkan pelaksanaan kegiatan dakwah kehilangan nilai substansi agama yang sesungguhnya.
Sebagai Jawaban
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap, Mughni Labib sebagai salah satu narasumber, memberikan empat konsep ciri dakwah yang arif. Pertama, tawassut, yakni sikap moderat atau sikap tengah, tidak terjebak oleh sikap ekstrimis (tatharruf). Kedua, Tawazun, yaitu sikap seimbang dalam berbagai hal termasuk dalam penggunaan dalil, baik ‘aqli maupun naqli. Sikap seimbang dalam berkhidmat kepada Allah, kepada manusia maupun lingkungan. Hablun minallah baik, hablun minas-nas juga baik.
Ketiga, I’tidal adalah adil atau proporsional dalam mensikapi persoalan berdasarkan hak dan kewajiban. Dan Keempat, Tasamuh yaitu sikap toleran terhadap perbedaan, baik perbedaan agama, keyakinan, sosial kemasyarakatan, budaya, termasuk masalah khilafiyah.(on)