Kementerian Agama Kabupaten Cilacap
  • Beranda
  • Profil
    • Sejarah
    • Tugas dan Fungsi
    • Visi dan Misi
    • Struktur Organisasi
    • Nilai Budaya Kerja
  • Layanan Umum
    • Jadwal Shalat
    • LPSE
    • SAPK
    • PUPNS
    • emis kemenag
    • Info Haji
    • Informasi Lowongan
  • Berita
    • Penyelenggara Haji Dan Umroh
    • Penerangan Agama Islam Zakat Dan Wakaf
    • Urusan Agama Islam Dan Pembinaan Syariah
    • Pendidikan Agama Islam
    • Pendidikan Diniyah Dan Pondok Pesantren
    • Pendidikan Madrasah
    • Pembimbing Masyarakat Katolik
  • Pengaduan
  • PPID
Tidak ada Hasil
Tampilkan Semua Hasil
  • Login
Kementerian Agama Kabupaten Cilacap
  • Beranda
  • Profil
    • Sejarah
    • Tugas dan Fungsi
    • Visi dan Misi
    • Struktur Organisasi
    • Nilai Budaya Kerja
  • Layanan Umum
    • Jadwal Shalat
    • LPSE
    • SAPK
    • PUPNS
    • emis kemenag
    • Info Haji
    • Informasi Lowongan
  • Berita
    • Penyelenggara Haji Dan Umroh
    • Penerangan Agama Islam Zakat Dan Wakaf
    • Urusan Agama Islam Dan Pembinaan Syariah
    • Pendidikan Agama Islam
    • Pendidikan Diniyah Dan Pondok Pesantren
    • Pendidikan Madrasah
    • Pembimbing Masyarakat Katolik
  • Pengaduan
  • PPID
Tidak ada Hasil
Tampilkan Semua Hasil
  • Login
Kementerian Agama Kabupaten Cilacap
Tidak ada Hasil
Tampilkan Semua Hasil
Beranda Profil

Menghadap Qiblat Dalam Shalat

oleh admin
05-Mar-2015
Dalam Kategori Profil
Durasi Membaca: 5 Menit
A A

Menghadap kiblat adalah merupakan salah satu syarat di antara syarat-syarat shalat. Ibadah shalat tidak sah hukumnya bila dilakukan dengan tidak menghadap kiblat, kecuali karena riwayat yang menerangkan kebolehan tidak menghadap kiblat dalam shalat khauf (shalat yang dilakukan dalam keadaan perang) serta shalat nafilah yang dilakukan di atas binatang (kendaraan) yang dikendarai dan di dalam perahu. Orang yang melakukan shalat di atas punggung binatang yang dikendarai boleh menghadap ke arah mana saja yang dituju oleh binatang yang dia kendarai. Hal ini pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. sebagaimana diterangkan dalam hadis sebagai berikut :
أَنَّ النَّبِيَّ    كَانَ يُصَلِّى عَلَى رَاحِلَـتِهِ حَيْـثُمَا تَوَجَّهَتْ بِهِ وَفِيْهِ نُزِلَتْ : ”فَأَيْـنَمَا تُوَلُّوْا فَـثَمَّ وَجْهُ اللهِ“ البقرة{2} : 115.رواه أحمد ومسلم والترمذي

“Bahwasanya Nabi SAW. pernah melakukan shalat di atas (punggung) binatang yang menjadi kendaraan beliau ke mana saja binatang itu menghadap. Dalam peristiwa itulah diturunkan firman Allah SWT. : “Maka kemana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah” al-Baqarah (2) : 115.”
HR. Ahmad, Muslim dan at-Turmudzi.

Mengenai hal ini tidak ada perselisihan di antara para ulama, yang menjadi perselisihan adalah mengenai manakah yang wajib: menghadap ‘ainul Ka’bah (bangunan Ka’bah itu sendiri) atau menghadap arahnya.

Golongan Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa yang wajib adalah menghadap ke ‘ainul Ka’bah. Sedangkan golongan Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa yang wajib adalah menghadap ke arah Ka’bah, apabila orang yang melakukan salat itu tidak melihat Ka’bah.

Apabila orang yang melakukan salat itu melihat Ka’bah, menurut ijma’ ulama salatnya hanya sah jika dilakukan dengan menghadap tepat ke ‘ainul Ka’bah.

Golongan pertama menyatakan: “Orang yang melihat Ka’bah harus menghadap tepat ke ‘ainul Ka’bah, sedang orang yang tidak melihatnya harus menyengaja dalam hati menghadap tepat ke ‘ainul Ka’bah, seraya menghadap ke arahnya”.

Dalil – dalil Golongan Syafi’iyah dan Hanabilah:
a.    Dalil yang berupa al-Kitab adalah pengertian yang tersurat dalam firman Allah SWT. :
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ﴿البقرة{2} : 144
“Maka palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.” al-Baqarah (2) : 144.
Segi pengambilan dalil dari ayat ini adalah bahwa yang dimaksud dengan  الشطر adalah arah yang dituju dan merupakan azimut kiblat bagi orang yang melakukan salat. Maka nyatalah bahwa menghadap ke ‘ainul Ka’bah adalah wajib.

b.    Dalil yang berupa as-Sunah adalah hadis yang diriwayatkan dalam sahih al-Bukhari dan sahih Muslim dari Usamah bin Zaid RA. bahwa ia berkata:
لَمَّا دَخَلَ النَّبِيُّ     الْبَيْتَ دَعَا فِى نَوَاحِيْهِ كُلِّهَا، وَلَمْ يُصَلِّ حَتَّى خَرَجَ مِنْهُ، فَلَمَّاخَرَجَ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ فِى قِبَلِ الْكَعْبَةِ. وَقَالَ :هٰذِهِ الْقِبْلَةُ.

“Setelah Nabi SAW. memasuki Baitullah, beliau berdo’a di segala penjuru Baitullah itu, dan beliau tidak melakukan salat sebelum keluar dari dalamnya. Setelah keluar beliau melakukan salat dua rakaat di hadapan Ka’bah, lalu beliau bersabda : “Inilah kiblat.”
Mereka -Golongan Syafi’iyah dan Hanabilah- menyatakan: “Kata-kata Rasulallah SAW. ini memberikan faedah hasr (pembatasan).” Maka nyatalah bahwa tidak ada kiblat kecuali ‘ainul Ka’bah.”

c.    Dalil yang berupa qiyas adalah bahwa sikap Rasulallah SAW. yang sangat mengagungkan Ka’bah merupakan hal yang diterangkan dalam riwayat yang mencapai derajat mutawatir. Sedang salat adalah termasuk syiar agama yang paling agung. Ketergantungan sahnya salat dengan menghadap ‘ainul Ka’bah, akan menambah kemuliaan ibadah salat. Oleh karena itu menghadap ‘ainul Ka’bah merupakan keharusan yang disyariatkan.

Mereka -Golongan Syafi’iyah dan Hanabilah- juga menyatakan : “Adanya Ka’bah sebagai kiblat merupakan hal yang sudah diputuskan (tidak perlu dipermasalahkan), sedang adanya sesuatu selain Ka’bah sebagai kiblat merupakan hal yang diragukan. Demikian pula memelihara kehati-hatian dalam melakukan salat adalah merupakan hal yang diwajibkan. Oleh karena itu wajib menggantungkan sahnya salat pada perbuatan menghadap ‘ainul Ka’bah.

Dalil – dalil Golongan Malikiyah dan Hanafiyah :
Golongan Malikiyah dan Hanafiyah menguatkan pendapat mereka dengan mengemukakan dalil al-Kitab, as-Sunah, perbuatan sahabat dan dalil ma’qul.
a.    Dalil yang berupa al-Kitab adalah pengertian yang tersurat dalam firman Allah SWT. :
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسجِدِ الْحَرَامِ
“Maka palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.”  
Allah SWT. tidak berfirman : الكعبة  شطر (arah Ka’bah). Maka sebenarnya orang yang menghadap ke arah tempat Masjidil H{aram berada, berarti dia telah melakukan apa yang diperintahkan, baik mengarah tepat ke ‘ainul Ka’bah atau tidak.

b.    Dalil yang berupa as-Sunah adalah sabda Rasulallah SAW. :
مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ قِبْلَةٌ.رواه ابن ماجه والترمذى عن أبى هريرة وقال الترمذى : حسن صحيح

“Arah di antara Timur dan Barat adalah kiblat.”Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan At-Turmuzi dari Abi Hurairah, at-Turmuzi berkata : “Hadis ini nilainya hasan sahih.”
Dan sabda beliau :
اَلْبَيْتُقِبْلَةٌ ِلأَهْلِ الْمَسْجِدِ، وَالْمَسْجِدُ قِبْلَةٌ لِأَهْلِ الْحَرَمِ، وَالْحَرَمُ قِبْلَةٌ ِلأَهْلِ اْلأَرْضِ فِى مَشَارِقِهَا وَمَغَارِبِهَا مِنْ أُمَّتِيْ.أخرجه البيهقى فى سنـنه عن ابن عبّاس مرفوعا

“Baitullah adalah kiblat bagi orang-orang yang berada di dalam Masjidil Haram, Masjidil Haram adalah kiblat bagi penduduk (orang-orang yang berada di) Tanah Haram dan Tanah Haram adalah kiblat bagi penduduk bumi di antara umatku, baik di Timur maupun di Barat.”Ditakhrijkan oleh al-Baihaqi di dalam Kitab Sunannya dari Ibnu ‘Abbas dan keadaan hadis ini marfu’.

c.    Dalil yang berupa perbuatan sahabat adalah bahwa konon jama’ah Masjid Quba sedang melakukan Salat Subuh di Madinah dengan menghadap ke Baitul Maqdis, membelakangi Ka’bah. Lalu dikatakan kepada mereka: “Sebenarnya kiblat itu telah dipindahkan ke Ka’bah.” Maka mereka berputar di tengah-tengah shalat, tanpa mencari petunjuk. Nabi SAW. tidak menyalahkan mereka.
Kemudian masjid mereka disebut  مسجد ذوالقبلتين  (masjid yang mempunyai dua kiblat).

Mengetahui ‘ainul Ka’bah tidak dapat dilakukan kecuali dengan rumus-rumus ilmu ukur yang memerlukan pemikiran yang mendalam. Maka bagaimana mungkin mereka dapat mengetahui pada saat melakukan salat dengan tepat tanpa difikirkan, apalagi pada saat malam gelap gulita?

d.    Dalil yang ma’qul (rasional) : sebenarnya penentuan secara tepat mengenai ‘ainul Ka’bah itu tidak dapat dilakukan dari lokasi yang dekat dari kota Mekkah sekalipun. Maka bagaimana mungkin hal itu dapat dilakukan di lokasi yang paling jauh di permukaan bumi ini, baik di Timur maupun Barat? Seandainya menghadap ke ‘ainul Ka’bah itu wajib, niscaya wajib pula menyatakan tidak sahnya salat seseorang semenjak dahulu, karena penduduk bumi baik di Timur maupun Barat mustahil dapat berdiri tepat menghadap ‘ainul Ka’bah yang bangunannya dua puluh hasta lebih (+12×11) M2. Tentulah sebagian dari mereka telah menghadap ke arah Ka’bah, tidak tepat ke ‘ainul Ka’bah. Karena ternyata umat bersepakat akan sahnya salat mereka masing-masing, maka kita tahu bahwa bagi orang yang jauh dari Ka’bah, ketepatan menghadap ke‘ainul Ka’bah tidak wajib. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah (2) : 286 :
لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”  

Outhor,

Drs. H. Mughni Labib, MSI

Makalah ini disampaikan paca acara Bintal Pegawai Kemenag, Selasa 3 April 2012

ShareTweetSend
Artikel Sebelumnya

Deradikalisasi Merupakan Tugas Bersama

Artikel Selanjutnya

Undangan Pembinaan Guru Lulus Sertifikasi 2014 dan Penyerahan SK inpasing serta NRG

Artikel Terkait

Purnawidya 2022 MTsN 3 Cilacap
Profil

Purnawidya 2022 MTsN 3 Cilacap

oleh admin
21 Mei 2022
0

Humas—Sabtu (21/05/2022) Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap, Imam Tobroni melalui sambungan whatssapp mengapresiasi acara Purnawidya dan Anugrah Peserta Didik...

Selanjutnya
Purnawidya 2022 MTsN 3 Cilacap, Hari ini Digelar.

Purnawidya 2022 MTsN 3 Cilacap, Hari ini Digelar.

21 Mei 2022
MTsN 3 Cilacap Siap Pimpin Pemulihan Dan Bergerak Untuk “Merdeka Belajar”

MTsN 3 Cilacap Siap Pimpin Pemulihan Dan Bergerak Untuk “Merdeka Belajar”

13 Mei 2022

Inovasi Agen Perubahan

17 Mar 2022

Daftar nama Agen Perubahan

17 Mar 2022
Artikel Selanjutnya

Undangan Pembinaan Guru Lulus Sertifikasi 2014 dan Penyerahan SK inpasing serta NRG

Lulusan SD Harus Bisa Baca Tulis Qur'an

Lulusan SD Harus Bisa Baca Tulis Qur'an

Shalat Hajat Untuk Mendoakan Anak

Recommended

  • Berita
  • Informasi Penting
KEMENAG TINGKATKAN PENYERAPAN DIPA DI KUA

KEMENAG TINGKATKAN PENYERAPAN DIPA DI KUA

17 Februari 2016
PANITIA HAB KE-71 KEMENAG CILACAP MENGGELAR RAKOR

PANITIA HAB KE-71 KEMENAG CILACAP MENGGELAR RAKOR

2 Desember 2016

HASIL EVALUASI KINERJA PAH

6 November 2019
Fatimah Azahra Melaju ke Porsadin Tingkat Nasional

Fatimah Azahra Melaju ke Porsadin Tingkat Nasional

25 Oktober 2017

JAM KERJA ASN SELAMA RAMADHAN 1438 H 2017

26 Mei 2017
  • Macam-macam Najis dan Cara Mensucikannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • MAKNA KATA AULIYA DALAM SURAH AL MAIDAH AYAT 51

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • BIDAH

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PROSEDUR NIKAH

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Riba dalam Perspektif Agama dan Sejarah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Ikuti Kami
Lokasi Kantor
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap

Jl. Perwira No.14A, Cilacap, Sidanegara, Kec. Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah 53212

Kontak Kami

Telp : (0282) 534609

Whatsapp : 08112968686

Jam Kerja

Senin - Kamis 07.30 - 16.00

Jum'at            07.30 - 16.30

© 2025 Kementerian Agama Kabupaten Cilacap

Tidak ada Hasil
Tampilkan Semua Hasil
  • Beranda
  • Berita
    • Penyelenggara Haji Dan Umroh
    • Penerangan Agama Islam Zakat Dan Wakaf
    • Urusan Agama Islam Dan Pembinaan Syariah
    • Pendidikan Agama Islam
    • Pendidikan Diniyah Dan Pondok Pesantren
    • Pendidikan Madrasah
    • Pembimbing Masyarakan Kristen
    • Pembimbing Masyarakat Katolik
    • Pembimbing Masyarakan Hindu
    • Pembimbing Masyarakat Buddha
  • Profil
  • PPID
  • Login

© 2025 Kementerian Agama Kabupaten Cilacap

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Translate »
Situs web ini menggunakan cookie. Dengan terus menggunakan situs web ini, Anda memberikan persetujuan terhadap penggunaan cookie. Kunjungi Kebijakan Privasi dan Cookie kami.