“Madrasah diniyah (Madin) tidak diwajibkan mencetak santri untuk menjadi mubalig, tetapi mencetak karakter santri”, tegas Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) FKDT Prov. Jawa Tengah, M Arief Hidayatulloh pada acara sosialisasi kurikulum, Kamis (16/4) di Aula Graha Dasrussalam Cilacap.
Salah satu isu nasional, terdapat perbedaan muatan kurikulum Madin antara DPW FKDT, Lembaga Pendidikan Ma’arif dan Kementerian Agama, sementara itu DPP FKDT mengikuti Kemenag serta pelajaran yang berbasis kitab berbahasa Arab menjadi berbasis kompetensi dan kitab latin.
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Pimpinan Wilayah FKDT Prov. Jawa Tengah, Asikin, memaparkan secara lengkap konsep pengembangan kurikulum madrasah diniyah takmiliyah. Kurikulum Madin merupakan khas yang merupakan Pelengkap dari pendidikan formal, spesifikasi sesuai dengan kebutuhan, tidak memerlukan syarat yang ketat, materinya bersifat praktis dan khusus dengan waktu yang relatif singkat, warga didiknya tidak harus sama dan metode pengajaran yang beragam. Muatan kurikulum Madin terdiri atas Al-Qur’an, Hadits, Aqidah, Akhlaq, Fiqih, Tareh (sejarah Islam) dan bahasa Arab dengan prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, efisiensi dan efektifitas.
Dakwah bil hikmah
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap, Mughni Labib dalam sambutannya menegaskan, bahwa Jajaran Kankemenag Kab. Cilacap sedang menggencarkan program dakwah Islam bil hikmah. Yakni Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam), sudah semestinya perkembangannya diiringi dengan menebarkan kenyamanan, toleransi, kerukunan, kebersamaan, dan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan dalam keberagaman suku, bangsa dan ras.
Melalui metode dakwah tersebut, umat Islam diharapkan akan memahami bahwa Islam yang sebenarnya tidak memuat sedikitpun ajaran kekerasan, baik terhadap sesama manusia, sesama mahluk, bahkan terhadap seluruh isi alam. Dengan memulainya dari Madin, gerakan yang mengatasnamakan Islam seperti ISIS akan dengan mudah ditangkal sejak dini.(on)