Keterbatasan pranata humas khususnya pada Kanwil Kemenag Prov Jateng bukan alasan untuk tidak maju. Seorang pemimpin dituntut jeli membaca dan mengoptimalkan kinerja aparaturnya. Dengan begitu, capaian kinerja organisasinya bisa maksimal.
Pemimpin diibaratkan seorang empu yang tidak bisa dikalahkan oleh logam. Logam seperti apapun kualitasnya, empu akan mampu mengolahnya menjadi barang yang bernilai. Begitu pula dengan aparatur dimana kemampuan pemimpin dipertaruhakan agar memiliki produktitifas yang tinggi.
Pernyataan tersebut disampaikan Kabag TU Kanwil Kemenag Prov Jateng Suhersi, Kamis (2/3) saat memberikan materi pada Workshop Jurnalistik Kehumasan di Hotel Grasia Semarang.
“Kekurangan tenaga janganlah dijadikan tameng untuk tidak maju. Baca karakter dan potensi bakat aparatur. Berikan motivasi dan bimbingan sehingga seluruh aparatur bisa berfungsi optimal. Jika belum produktif, dipastikan masih ada fungsi manajemen yang belum sesuai. Evaluasi dan instrospeksi sebelum menentukan langkah selanjutnya. Dengan begitu, segala permasalahan produktifitas kerja bisa diatasi,”katanya.
Kepada peserta workshop, dia lebih lanjut mengatakan, bahwa langkah tersebut merupakan teknik membangun kreatifitas kinerja menuju optimalisasi fungsi kehumasan. Implementasi lima nilai budaya kerja Kemenag agar dipertajam. Dengan begitu, tidak akan ada aparatur yang tidak produktif.
Hal yang tidak boleh dilupakan adalah adanya reward dan punishment. Sekecil apapun sebuah penghargaan akan mampu meningktkan motivasi untuk selalu berinovasi. Sedangkan hukuman berfungsi sebagai sarana pengendali. Dengan terkendalinya paratur maka kinerjanya diharapkan maksimal.
Karenanya, para peserta workshop yang mayoritas pelaksana kehumasan dihimbau untuk selalu berinovasi. Membangun kreatifitas adalah keharusan untuk mengimbangi derasnya arus informasi. Hal inilah cara ampuh untuk membangun image baik Kemenag di mata publik.(on)