Guru merupakan sesosok yang bisa digugu lan ditiru (dipercaya dan diteladani). Ungkapan dalam bahasa Jawa tersebut menggambarkan betapa mulianya manusia yang sudah bisa menjadi seorang guru. Karenanya, bukanlah sebuah yang muluk-muluk jika kunci keberhasilan bangsa terletak pada guru. Untuk itu, sudah sepantasnya pemerintah harus memperhatikan kepentingan guru, sehingga apa yang menjadi kebutuhan pendidikan bisa terlayani dengan baik.
Demikian disampaikan Tori, dalam amanatanya saat menjadi Pembina upacara Hari Guru dan Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) MTsN 5 Cilacap, Rabu (29/11) di Halaman madrasah.
Dalam amanatnya dia juga menyebutkan bahwa sebagai sosok yang mulia, guru pasti selalu ingat akan hak dan kewajiban. Untuk itu, dia mengajak para guru yang sekaligus abdi negara untuk bersama-sama bermuhasabah atau interospeksi diri. Sudahkan selama ini yang disebut guru betul-betul berjiwa guru, ataukah hanya sebutannya saja?
Hal inilah yang menurutnya peringatan Hari Guru menjadi sangat vital untuk dilaksanakan. Momen peringatan merupakan suatu usaha agar manusia selalu ingat. Sehingga dengan saling mengingatkan diharapkan, manusia dalam hal ini guru tidak akan lupa terhadap tugas dan kewajibannya.
Sebagai salah satu wujud tanggung jawab, petugas upacara seluruhnya merupakan para guru. Peristiwa tersebut menjadi pembeda dengan upacara lainnya, dimana petugasnya adalah para siswa. Dengan berperan sebagai petugas upacara, para guru bisa interospeksi diri. Karena sebagai petugas upacara dilihat oleh seluruh siswa, sehingga kemampuan dan gerak geriknya selalu diamati selama upacara.
Adalah sesuatu yang bisa diambil sebagai pelajaran agar para guru tidak hanya melulu memerintah siswanya. Akan tetapi bisa lebih menjadi contoh atau suri tauladan yang baik untuk para siswanya. Dari kegiatan upacara diharapkan, para guru akan terus bisa belajar meningkatkan kompetensinya, khususnya secara kepribadian. Dari kepribadian inilah yang menurutnya sebagai kunci keberhasilan pendidikan karakter. (Ns)