Sejarah berbicara bahwa, tokoh agama dan ulama memiliki andil yang besar dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka di antaranya adalah Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, Imam Bonjol, Fatahillah, Mohammad Natsir, KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim As’ari dan lainnya.
Kemerdekaan bangsa Indonesia juga ikut diperjuangkan oleh para ulama yang mendesak Soekarno untuk memproklamirkan Kemerdekaan Republik Indonesia saat di halangi oleh Inggris. Karena apabila tidak segera diproklamirkan, maka bangsa Indonesua harus menunggu Kemerdekaan Negara dan Bangsa Indonesia selama 300 tahun mendatang. Selain mendesak Soekarno untuk segera memproklamirkan Kemerdekaan Republik Indonesia, para ulama juga mempunyai beberapa jasa yang tidak dapat diabaikan oleh bangsa Indonesia.
Pertama, para ulama menyadarkan rakyat akan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan para penjajah. Di berbagai pesantren, madrasah, organisasi, dan pertemuan lainya, para ulama menanamkan kesadaran di hati rakyat akan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan tersebut. Kedua, para ulama memimpin gerakan non kooperatif pada penjajah Belanda. Para ulama di masa penjajahan banyak mendirikan pesantren di daerah-daerah terpencil, untuk menjauhi bangsa penjajah yang banyak tinggal di kota.
Ketiga, mengeluarkan fatwa wajibnya jihad melawan penjajah. Fatwa jihad ini sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan semangat pahlawan. Perang melawan penjajah dianggap jihad fi sabilillah, yakni perang suci atau perang sabil demi agama. Keempat, memobilisasi dan memimpin rakyat dalam perjuangan fisik melawan penjajah.
Kelima, menyerukan persatuan membela kemerdekaan RI yang diproklamasikan Soekarno-Hatta. Para ulama yang dipimpin Kiai Hasyim Asy’ari memfatwakan kewajiban mempertahankan kemerdekaan RI, dan pada 1954 sebuah Musyawarah Alim Ulama Indonesia (NU) di Cipanas mengambil keputusan bahwa Presiden Soekarno adalah Waliyyul Amri Dharuri bisy-Syaukah, artinya pemegang pemerintahan yang punya cukup kewibawaan dipatuhi oleh pejabat dan rakyat.
Keenam, berperan aktif dalam mengisi awal kemerdekaan. Sebelum kemerdekaan para ulama ikut mempersiapkan kemerdekaan, termasuk di BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia). Dan pada awal kemerdekaan, banyak ulama yang aktif di pemerintahan atau parlemen.
Akhir-akhir ini sejarah kemerdekaan makin tergerus oleh ganasnya arus informasi dan globalisasi. Persatuan dan kesatuan bangsa makin terancam oleh kepentingan kelompok-kelompok tertentu. Karenanya diperlukan penekanan pemahaman bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ada karena perbedaan.
Salah satu hal yang paling menonjol adalah perbedaan keyakinan atau agama. Di sinilah peran strategis Kementerian Agama dalam membina dan menjaga persatuan dalam perbedaan. Salah satu hal yang perlu diantisipasi adalah bahaya radikalisme yang mengancam persatuan. Untuk itu, Kemenag berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas kerukunan hidup umat beragama.
Upacara peringatan lahirnya Pancasila digelar Kemenag sebagai salah satu perwujudan penghargaan perjuangan ulama dan tokoh agama. Pancasila sebagai dasar negara yang berhasil mempersatukan bangsa Indonesia harus dijiwai. Dengan jiwa Pancasila tersebut, maka bangsa Indonesia akan tetap berjaya.(On)