Salah satu hal yang tidak bisa dianggap remeh adalah pengetahuan keselamatan penerbangan. Hal ini mengingat seluruh calon jamaah haji diangkut menggunakan pesawat. Sebagian besar dari mereka belum pernah naik pesawat. Terlebih perjalanan dari Embarkasi ke Saudi memerlukan waktu yang cukup lama, yakni sekitar sembilan jam.
Berdasarkan data dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), mayoritas adalah manula dan petani. Jangankan naik pesawat yang jauh, jarak dekatpun mereka belum pernah. Sehingga diperlukan pengetahuan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Adapun kendala yang dialami saat penerbangan adalah terkait fasilitas di pesawat. Di samping Cjh tidak bisa bahasa Inggris, mereka juga tidak terbiasa dengan toilet canggih. Membersihkan dengan tisu juga menjadi alasan mereka untuk menahan buang air kecil maupun besar.
Keadaan tersebut jika tidak direspon dengan baik oleh pemerintah, maka bisa menjadi masalah serius. Meskipun sudah diberikan pengetahuan, tidak sedikit Cjh yang stres karena menahan ingin buang air. Ditambah lagi situasi dan kondisi di pesawat yang tidak terbiasa. Karenanya, Cjh diberikan manasik secara optimal terkait keselamatan penerbangan.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap, Jamun mengatakan bahwa berdasarkan pengalamannya banyak dijumpai Cjh stres. Kebanyakan tidak biasa di ruang ber AC, tekanan udara rendah, dan fasilitas di pesawat canggih. Maka pemandu Cjh harus pandai-pandai memberikan pengertian sesuai dengan kearifan lokal.
“Orang yang tidak pernah bab dengan duduk, maka akan kesulitan untuk bab sambil duduk. Apa lagi ceboknya tidak menggunakan air. Cjh akan menganggap mereka belum cebok. Penerbangan yang cukup lama dengan kondisi tekanan udara rendah bisa membuat Cjh sakit. Makanya dalam manasik haji diperlukan pengetahuan keselamatan penerbangan,”katanya.(On)