Masih tergambar jelas dalam ingatan saya, hari itu Jum’at 30 September 2016. Sepulang saya dari Kantor Kemenag Kab. Cilacap, Beliau (Almarhum Bapak Rasimin ) menelpon saya agar segera balik ke kantor. Saat itu saya pamit mampir sejenak ke KUA Kec. Kedungreja untuk bertemu H Khayun Kepala KUA Kec. Kedungreja yang baru pulang dari Tanah Suci sebagai petugas haji. Al hasil, saya tidak ketemu karena beliau baru saja keluar untuk pelaksanaan pelayanan NLK, sehingga saya memutuskan untuk segera kembali ke kantor.
Saat saya memutuskan untuk kembali ke Kantor, saat itu juga Almarhum menelpon saya untuk yang kedua kalinya. Dari ujung telepon, saya mendengar suara almarhum pelan dan parau.
“Pak Andhon…tolong segera ke kantor, saya takut kalau terjadi apa-apa di kantor,“ucapnya.
Saya agak kaget mendengarnya, karena tidak biasanya almarhum menelpon dengan suara dan bahasa seperti itu. Masih diliputi tanda tanya, saya jawab telponnya, “Iya Bapak, ini saya lagi di perjalanan udah sampe pasar Cinyawang.” Tidak sampai 10 menit, saya sampai di kantor, dan saya kaget karena ternyata saat itu almarhum sendirian di kantor. Satu teman pegawai kantor tidak kelihatan, katanya udah pamit selepas jum’atan dia ke Ciamis karena ada kepentingan keluarga.
Ada yang aneh saat itu karena suara almarhum sudah tidak begitu jelas (agak cadel/celo). Spontan saya bertanya, ”Bapak sakit ..? dan dijawab “Iya, tensiku naik kayaknya, dan sedikit agak pusing.” Kemudian almarhum bangun dari duduknya. Dan di saat itulah aku menjerit kaget, almarhum terhuyung dan hampir jatuuh. Saya berlari ke arahnya saya papah dan tuntun beliau menuju ke ruangannya. Saat itu pukul 15.30 WIB, saya tawarkan ke beliau untuk pulang lebih awal dan di antar. Tetapi di jawab dengan tegas, ”Masih jam segini, ini hari Jum’at mestinya kita pulang nanti pukul 16.30” Saya berargumen ”Enggak Pak, Bapak sakit, saya antar pulang saat ini juga ya?” sambil saya minta agar tetap di ruangan dan tetap duduk.
Kemudian saya berlari ke rumah penjaga kantor yang kebetulan dekat untuk menemani mengantar pak kepala sampai rumah. Selanjutnya saya bawa beliau ke rumah sakit Sidareja karena kebetulan saat itu di rumah hanya ada anak almarhum. Istrinya sedang menghadiri acara hajatan family di desa Rawaapu.
Selama di UGD Rumah Sakit Sidareja, almarhum selalu mengingatkan agar pelayanan NLK untuk hari Sabtu jangan sampai telat. Yang pertama minta jam 8 pagi, yang kedua jam 9 dan yang ketiga jam 10 pagi. Yang sempat agak aneh saya mendengar saat itu almarhum pesan, kalau dia mulai hari Senin besok sudah tidak bisa masuk kantor.
Ternyata itu adalah pesan terakhir dari almarhum, dalam kondisi yang sudah tak berdaya, almarhum masih terpikir akan tanggung jawab beliau. Selamat jalan BAPAK, selamat jalan SAUDARAKU semoga Engkau menghadap Sang Khalik dalam kedamaian khusnul khotimah. Amiin.
Ternyata benar, bahwa kematian akan meninggalkan banyak pelajaran yang sangat berharga bagi mereka yang masih hidup.(Don/On)