Madrasah aliyah masih mendominasi kejuaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Pelajar XXXI cabang tahfiz lima juz. Hal ini terlihat dari enam kategori kejuaraan yakni peringkat 1, 2 dan 3, lima diantaranya diraih oleh siswa madrasah aliyah.
Untuk tahfidz lima juz dan tilawah putra, juara pertama diraih oleh Muhammad Aizni asal MA Al Fatah Maos. Peringkat kedua, Rizal Muhlisin dari SMA Muhammadiyah dan di urutan ketiga disabet Moh Abror siswa MA Nurul Islam Sampang.
Sedangkan cabang tahfidz lima juz dan tilawah putri, ketiganya diborong siswa madrasah aliyah. Juara pertama diraih oleh Salwa Dania Humairoh dari MA Al Fatah Maos. Berada di posisi kedua, yakni Hansa AF asal MAN Kroya dan peringkat ketiga ditorehkan Kholif Anggraeni dari Man Cilacap.
Tahfidz atau hafalan Al-Qur’an memerlukan selain teknik yang khusus, juga semangat dan keuletan serta ketelatenan. Bahasa Al Qur’an sangat jauh dari bahasa Arab pada umumnya. Karena inilah, orang timur tengah seperti Arab Saudi dan sekitarnya tidak bisa mengerti. Al Qur’an menggunakan bahasa Arab tingkat tinggi yang sangat halus dan santun. Al Qur’an menggunakan bahasa dengan tingkat sastra yang maha tinggi.
Untuk memahaminya, diperlukan ilmu khusus bahasa yang diantaranya bernama nahfu, sorof, balaghah, matik dan lainnya. Ilmu bahasa tersebut dipelajari di madrasah mulai dari MI hingga MA. Dan inilah salah satu keunggulan madrasah dibanding sekolah. Kelebihan madrasah terletak output pemahaman keagamaan yang berdampak pada kemampuan dan kearifan dalam bersikap.
Hafalan merupakan modal awal sesorang untuk bisa memahami Al-Qur’an. Karenanya, salah satu tujuan MTQ adalah untuk menjaga agar usaha pemahaman agama dari teknik ini tidak mengalami kemunduran. Diperlukan usaha maksimal yang melibatkan unsur pokok, yakni anak sebagai subjek utama, orang tua pendorong utama, dan masyarakat sebagai pelaksana pendidikan sosial. Kemudian pemerintah mendukung dengan mebarikan fasilitas dan reward sebagai dorongan.(on)