Sebanyak 80 siswa SMA/SMK se Kabupaten Cilacap, Kamis (31/3) mengikuti kegiatan sosialisasi Islam Rahmatan Lil Alamin di STE Muhammadiyah Cilacap.
Ketua panitia, Nasrun Anwar Hidayat mengatakan bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk menanamkan pemahaman Islam yang kafah sedini mungkin. Para pelajar yang masih duduk di bangku SMA/SMK diharapkan mampu menjawab pertanyaan tentang pencegahan bahaya radikalisme. Semangat mereka yang sedang menggebu-gebunya, harus diimbangi dengan pemahmanan agama yang benar. Karenanya sasaran utama sosialisasi adalah kalangan pelajar menengah.
Sementara itu, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap, Mughni Labib dalam sambutannya menegaskan bahwa tanggungajawab penerus Islam adalah generasi muda. Karenanya, paham radikalisme harus diantisipasi sejak dini. Pelajar sebagai pengemban tongkat estafet tegaknya nilai-nilai ajaran agama yang benar, harus dibekali secara benar. Pemahman agam yang benar diharapkan bisa membawa ketenteraman dan kenyamanan masyarakat.
Dijelaskan tentang pemahaman arti jihad, bahwa di era modern jihad yang utama adalah melawan kebodohan. Melawan ketidakberdayaan manusia itu sendiri sebagai kholifah di muka bumi. Dalam arti, manusia harus meningkatkan kemampuannya dalam segala bidang kehidupan. Jadi, pada segi ini, qital yang berarti membunuh bukan membunuh manusia. Yang dibunuh adalah kebodohan, ketidakberdayaan, kelemahan manusia itu sendiri.
Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia secara jelas dan tegas, dari ilmu tasawwuf (penyucian diri) hingga ilmu teknologi (kemampuan) manusia dalam berkreasi. Penanaman nilai tasawwuf inilah yang menjadi dasar utama pemahaman agama. Apapun agamanya, tanpa pemahaman tasawwuf yang benar, manusia tidak akan mengerti harkat dan martabat manusia. Manusia akan menjadi liar dan tidak megerti hak dan kewajibannya dalam beragama.
Radikalisme tumbuh karena manusia atau kelompok manusia tertentu keliru dalam pemahaman agama. Karenanya, pemahaman agama yang benar dimulai dari ilmu penyucian diri, diharapakan bisa menghindarkan diri dari paham radikalisme. Pemahaman suci berarti tidak akan mengotori dengan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama yang benar.
Materi
Peserta ditatar langsung oleh narasumber dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Cilacap Rudi Yulianto. Kemudian dari unsur akademisi, Herdian yang merupakan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Setelah sebelumnya mendapat masukan dari Kakankemenag Cilacap, peserta ditatar oleh Badan Kesbangpol. Melalui metode ceramah dan diskusi, disajikan materi sejarah awal mula radikalisme, perkembangan dan efek baik secara politik, keagamaan dan kemanusiaan.
Sementara itu, dari sisi akademisi, peserta diarahkan untuk berfikir secara logis dan moderat. Konteks moderat yakni manusia mengutamakan hati nuraninya dalam segala aspek kehidupan. Pelatihan penggunaan peran hati nurani menjadi faktor utama diskusi.
Timbulnya kekerasan disinyalir akibat manusia kehilangan hati nurani. Untuk itu perlu dilatih dalam konteks kehidupan sehari-hari. Melatih diri untuk selalu mengikuti hati nurani berarti manusia itu harus berlaku yang sebaik-baiknya.(on)