KHUTBAH ARAFAH
Oleh: Drs. H. Mughni Labib, MSI
اَلْØَمْد٠لÙلَّه٠نَØْمَدÙه٠وَنَسْتَعÙيْنÙه٠وَنَسْتَغْÙÙرÙÙ‡ÙØŒ وَنَعÙوْذ٠بÙالله٠مÙنْ Ø´ÙرÙوْر٠أَنْÙÙسÙنَا ÙˆÙŽÙ…Ùنْ سَيّÙئَات٠أَعْمَالÙنَا. مَنْ يَهْدÙه٠الله٠Ùَلَا Ù…ÙضÙلَّ Ù„ÙŽÙ‡ÙØŒ وَمَنْ ÙŠÙضْلÙلْ Ùَلَا هَادÙÙŠÙŽ Ù„ÙŽÙ‡ÙØŒ ياَ رَبَّنَا Ù„ÙŽÙƒÙŽ الْØَمْد٠كَمَا يَنْبَغÙيْ Ù„Ùجَلَال٠وَجْهÙÙƒÙŽ وَعَظÙيْم٠سÙلْطَانÙÙƒÙŽØŒ سÙبْØَانَكَ اللّٰهÙمَّ لاَ Ù†ÙØْصÙيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى Ù†ÙŽÙْسÙÙƒÙŽØŒ أَشْهَد٠أَنْ لاَّ Ø¥Ùلٰهَ Ø¥Ùلاَّ الله٠وَØْدَه٠لاَ شَرÙيْكَ Ù„ÙŽÙ‡ÙØŒ وَأَشْهَد٠أَنَّ سَيّÙدَنَا وَنَبÙيَّنَا Ù…ÙØَمَّدًا عَبْدÙه٠وَرَسÙوْلÙه٠وَصَÙÙيّÙه٠وَخَلÙيْلÙه٠خَيْر٠نَبÙيّ٠أَرسَلَه٠الله٠إÙÙ„ÙŽÙ‰ الْعَالَم٠كÙلّÙÙ‡ÙØŒ بَشÙيْرًا ÙˆÙŽÙ†ÙŽØ°Ùيْرًا، اَللّٰهÙمَّ صَلّ٠وَسَلّÙمْ وَبَارÙكْ عَلَى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠وَعَلَى آل٠سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠صَلَاةً وَسَلَامًا دَائÙمَيْن٠مÙتَلَازÙمَيْن٠إÙلٰى يَوْم٠الدّÙيْنÙØŒ أَمَّا بعْدÙ: Ùَيَا
عÙبَادَ اللّٰه٠اÙوْصÙيْكÙمْ وَاÙيَّايَ بÙتَقْوَى اللّٰه٠وَطَاعَتÙه٠لَعَلَّكÙمْ تÙÙْلÙØÙوْنَ
Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Haji yang dimuliakan Allah,
Puji syukur ke hadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, taufiq, inayah dan rida-Nya, sehingga kita dapat berkumpul, bersama saudara-saudari kita dari seluruh penjuru dunia, bersimpuh di haribaan Sang Khaliq. Tanpa memandang ras, warna kulit, harta, pangkat, jabatan dan tingkat sosial. Kita bersatu padu dengan hati yang sama, dalam warna pakaian yang sama, di waktu yang sama, di tempat yang sama, dan demi tujuan yang sama, yakni menuju ampunan dan rida ilahi.
Salawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad saw, sang pembawa “Risalah Kamilah,” ajaran yang sempurna, di mana ketika beliau bersama para Sahabatnya melaksanakan Haji Wada’ di padang Arafah ini, turunlah wahyu yang terakhir, sebagai pertanda bahwa risalah yang beliau sampaikan kepada umatnya telah disempurnakan oleh Allah SWT:
اَلْيَوْمَ أَكْمَلْت٠لَكÙمْ دÙيْنَكÙمْ وَأَتْمَمْت٠عَلَيْكÙمْ Ù†ÙعْمَتÙÙ‰ وَرَضÙيْت٠لَكÙم٠الْإÙسْلٰمَ دÙيْنًا
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku-sempurnakan nikmat-Ku untuk kalian, dan telah Aku-ridai Islam sebagai agama bagimu.” (QS. Al-Maidah:3)
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah haji yang dimuliakan Allah!
Ibadah haji yang kita laksanakan saat ini merupakan manifestasi kesempurnaan Islam kita. Tidak sempurna Islam seseorang yang telah mampu, bila tidak dilengkapi dengan ibadah haji. Allah SWT berfirman:
ÙˆÙŽÙ„Ùلّٰه٠عَلَى النَّاس٠ØÙجّ٠الْبَيْت٠مَن٠السْتَطَاعَ Ø¥Ùلَيْه٠سَبÙيْلاً
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup Mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (QS. Ali Imran:97)
Melaksanakan ibadah haji hanya wajib sekali seumur hidup, sebagaimana disebutkan dalam hadis:
يَا أَيّÙهَا النَّاس قَدْ ÙÙرÙضَ عَلَيْكÙم٠الْØَجّ٠ÙÙŽØÙجّÙوْا، Ùَقَالَ رَجÙÙ„ÙŒ: Ø£ÙŽÙƒÙلَّ عَام٠يَارَسÙوْلَ اللهÙØŸ Ùَسَكَتَ Øَتَّى قَالَ لَه٠ثَلَاثاً، Ùَقَالَ النَّبÙيّ٠لَوْ Ù‚Ùلْت٠نَعَمْ Ù„ÙŽÙˆÙŽ جَبَتْ وَلَمَا اسْتَطَعْتÙÙ…. )رواه مسلم وأØمد والنسائي(
“Hai manusia, Allah telah mewajibkan haji kepada kalian, maka laksanakanlah haji. Seorang laki-laki berkata, “Apakah setiap tahun, ya Rasulallah saw, beliau terdiam hingga laki-laki itu bertanya tiga kali, lalu Nabi menjawab, “Andai aku katakan iya, maka ia menjadi wajib, dan kamu tidak akan mampu mengerjakannya.” (HR. Muslim, Ahmad dan An-Nasa’i)
Begitu pentingnya ibadah haji itu, sehingga setiap muslim dituntut untuk mengetahui dan nerenungi maknanya. Sesungguhnya dalam setiap syariat yang diturunkan oleh Allah SWT pasti terkandung hikmah-hikmah untuk kepentingan hamba-Nya. Amal ibadah yang dilakukan oleh manusia di muka bumi ini, bukan karena Allah SWT yang membutuhkannya, tetapi manusia itu sendiri yang membutuhkan, demi mendapatkan rahmat dan rida Allah SWT. Semoga dengan rahmat dan keridaan-Nya, kita dapat berkumpul dengan para nabi, syuhada dan serta orang-orang saleh di sorga-Nya. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Haji yang dimuliakan Allah,
Sebagai hamba-hamba yang menyadari akan keagungan dan kekuasaan Allah SWT, serta mengakui akan kebutuhan terhadap pertolongan dan kasih sayang-Nya, tentu kita harus tahu bagaimana cara mempersiapkan diri untuk menapaki arah dan tujuan hidup ini.
Ibadah haji yang kita lakukan saat ini, tidak akan memiliki makna berarti, tanpa dibarengi niat yang murni untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena niat merupakan kunci pokok setiap perbuatan. Rasulullah saw bersabda:
Ø¥Ùنَّمَا الْأَ عْمَال٠بÙالنّÙيَات٠وَإÙنَّمَا Ù„ÙÙƒÙلّ٠امْرÙئ٠مَا Ù†ÙŽÙˆÙŽÙ‰….الØديث )رواه البخاري ومسلم(
“Segala amal perbuatan itu tergantung dari niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya. (HR. Bukari dan Muslim)
Untuk itu, mari kita luruskan niat, kita hilangkan rasa cinta duniawi, rasa hasud, riya, sombong dan ingin dipuji. Mari kita hanya berharap belas kasih, hidayah, taufiq, inayah dan rida-Nya, semoga kita diperkenankan menjadi orang-orang yang terpilih untuk menghuni sorga-Nya.
Semoga ketulusan kita dalam melaksanakan ibadah haji ini dijadikan sebagai penegasan rasa ‘ubudiah dan taubat kita, sehingga kita dijauhkan dari apa yang digambarkan oleh Rasulullah saw:
يَأْتÙÙ‰ عَلَى النَّاس٠زَمَانٌ ÙŠÙŽØÙجّ٠أَغْنÙيَاء٠أÙمَّتÙÙŠ Ù„ÙلنÙزْهَةÙØŒ وَأَوْسَطÙÙ‡Ùمْ Ù„ÙلتّÙجَارْة٠وَقÙرَّاؤÙÙ‡Ùمْ Ù„ÙلرّÙيَاء٠وَالسÙمْعَةÙØŒ ÙˆÙŽÙÙقَرَاؤÙÙ‡Ùمْ Ù„ÙلْمَسْأَلَةÙ. )رواه الديلمي وابن الجوزي واللÙظ له(
“Akan datang suatu masa nanti, di mana orang-orang kaya berhaji hanya untuk berpiknik, para saudagar (kelas menengah) berhaji untuk berdagang, para qurra (alim ulama) berhaji untuk riya’ dan sum’ah, dan orang-orang miskin berhaji untuk meminta-minta. (HR. Ad-Dailamy dan Ibn al-Jauzi)
Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Haji yang dimuliakan Allah,
Kalimat talbiyah, “Labbaikallahumma Labbaik” yang selalu kita lantunkan, semoga tidak jadi penghias ritual ibadah semata, tapi merupakan do’a dan ikrar bahwa kita betul-betul memenuhi panggilan Allah SWT dengan sepenuh jiwa dan raga, bahwa salat, ibadah, hidup dan mati kita hanya untuk-Nya. Harta, keluarga dan kedudukan merupakan amanat yang akan dimintai pertanggungjawabannya. Jawaban apakah yang akan kita kemukakan di mahkamah Allah nanti, saat mulut kita dibungkam, lalu mata, telinga, tangan, kaki dan seluruh anggota badan kita memberikan kesaksian. Harta dan kedudukan akan menjadi saksi kebaikan dan keburukan kita. Anak yang saleh dapat membantu kita, sementara anak yang buruk justru menjerumuskan kita ke dalam siksa-Nya. Setiap manusia melihat rekaman kehidupannya, tidak ada sedikitpun yang luput dari hisab-Nya.
Ya Allah, hanya rahmat, hidayah, inayah, taufiq serta rida-Mu yang kami harapkan. Tiada lagi yang kami harapkan kecuali Engkau, ya Allah.
لَبَّيْكَ اللّٰهÙمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرÙيْكَ Ù„ÙŽÙƒÙŽ لَبَّيْكَ، Ø¥Ùنَّ الْØَمْدَ وَالنّÙعْمَةَ Ù„ÙŽÙƒÙŽ وَالْمÙلْكَ لاَ شَرÙيْكَ Ù„ÙŽÙƒÙŽ.
“Aku datang memenuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, segala nikmat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.”
Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Haji yang dimuliakan Allah,
Wukuf di Arafah adalah rukun utama dalam ibadah haji. Rasulullah saw bersabda:
اَلْØَجّ٠عَرَÙÙŽØ©ÙŒ. )رواه البخاري ومسلم(
“Haji itu adalah wukuf di Arafah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hari Arafah inilah hari pelantikan kita sebagai haji. Kita hadir di sini bukan karena keutamaan, kemuliaan, harta atau kekuasaan kita. Kita bisa hadir di sini karena panggilan Allah semata. Sepatutnya kita merasa malu, betapa banyak hamba-Nya yang lebih saleh, yang setiap malam bertaqarrub dan bermunajat sembari mencucurkan air mata, mengharapkan agar turut mendapat panggilan-Nya, namun Allah memilih kita. Lihatlah, sampai di mana kebaktian kita selama ini, bandingkan dengan apa yang telah Allah berikan kepada kita. Tidak cukupkah semua itu bagi kita untuk bersyukur?
Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Haji yang dimuliakan Allah,
Arafah berasal dari kata عَرَÙÙŽ (‘arafa) yang berarti “Mengetahui, mengenali”. Hendaknya kita pergunakan kesempatan ini untuk lebih mengenal diri kita masing-masing, untuk lebih sadar diri dan lebih insyaf lagi. Lihatlah dengan jelas kekurangan-kekurangan kita, kelemahan-kelemahan kita, ketidakberdayaan kita. Betapa selama ini kita terbelenggu oleh dunia, betapa selama ini kita terjerumus dalam dosa dan maksiat, betapa kotornya kita, betapa bodoh dan sombongnya kita karena masih saja kita berkilah dan beralasan.
Kita dipanggil untuk diingatkan, betapa suatu saat nanti kita akan dikumpulkan di Padang Mahsyar, di mana mentari hanya sejengkal dari ubun-ubun. Maka marilah Saudara-saudaraku semua, inilah tempat utama bagi kita untuk bermunajat memohon belas kasih-Nya, mengisi segenap ruang hati dan benak kita dengan zikir, menundukkan diri penuh khauf dan raja’, penuh kekhawatiran dan pengharapan kepada-Nya. Jangan sampai ada di antara kita nanti, yang meninggalkan tempat ini tanpa menyadari kekecilan dirinya.
Sesungguhnya Allah Maha Tahu akan segala yang kita sembunyikan dan yang kita ungkapkan. Inilah saatnya bagi kita untuk menangis, tanpa perlu malu kepada siapapun. Inilah hari ampunan, telah tiba saatnya kita bertaubat, maka marilah kita bertaubat.
أَسْتَغْÙÙر٠اللهَ الْعَظÙيم٠٣x وَأَتÙوْب٠اÙلَيْكَ
Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Haji yang dimuliakan Allah,
Telah kita tanggalkan pernik-pernik keduniaan kita, lepas semua perbedaan yang ada baik karena harta, jabatan, kepandaian, rupa dan kesukuan. Kita sedang berihram berarti mengharamkan diri dari bercukur dan memotong kuku, mengharamkan diri dari kemewahan pakaian, mengharamkan diri dari hiasan dan wangi-wangian dan segala pernak-pernik yang selalu kita gunakan untuk mempercantik rupa.
Untuk apa ini semua? Semua ini mengajarkan kepada kita untuk tampil apa adanya, tampil dengan diri kita seutuhnya. Hari ini kita tanamkan dalam kesadaran kita bahwa sesunguhnya tidak ada pembeda antara kita, kecuali ketundukan kita kepada Allah SWT. Allah berfirman:
يٰٓأَيّÙهَا النَّاس٠إÙنَّا خَلَقْنَكÙمْ Ù…Ùنْ ذَكَر٠وَأÙنْثٰى وَجَعَلْنٰكÙمْ Ø´ÙعÙوْبً وَقَبًا وَقَبَا ئÙÙ„ÙŽ Ù„ÙتَعَارَÙÙوْا Ø¥Ùنَّ أَكْرَمَكÙمْ عÙنْدَ اللّٰه٠أَتْقٰكÙمْ Ø¥Ùنَّ اللّٰهَ عَلÙيْمٌ خَبÙيْرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujarat:13)
Hari ini kita melebur jadi satu, Arafah adalah hari pemersatu. Sadarkah kita betapa selama ini kita terkotak-kotak oleh rekayasa orang-orang yang membenci persatuan kita? Lebih-lebih lagi, sadarkah kita betapa selama ini kita terpecah-belah karena nafsu kita masing-masing, karena pengejaran kita terhadap dunia yang tidak kunjung terpuaskan. Hari ini hari pemersatu, kita semua sama di hadapan Allah. Dia menyatukan kita hari ini, tak ada lagi yang membedakan kita dari orang lain kecuali isi hati kita masing-masing. Maka marilah kita ikrarkan dalam hati kita, mulai saat ini kita makin arif dan bijaksana melihat keadaan, tidak sebentar-bentar saling menyalahkan, tidak cepat melepas kebencian.
Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Haji yang dimuliakan Allah,
Kita telah datang sebagai tamu, kita dituntut untuk mentaati peraturan “Tuan Rumah”. Allah sudah mempersyaratkan bagi siapa saja yang berhaji ke Arafah ini, hendaklah jauh-jauh hari dia sudah mempersiapkan diri. Niat haji ini haruslah kita jaga kemurniannya, bukan untuk jangka waktu setengah hari ini saja, bukan pula hanya sampai saat kita melaksanakan tahallul sani. Allah berfirman:
اَلْØَجّ٠أَشْهÙرٌ مَعْلÙومٰتٌ Ùَمَنْ Ùَرَضَ ÙÙيهÙنَّ الْØَجَّ Ùَلَا رَÙÙŽØ«ÙŽ وَلَا ÙÙØ«Ùوْقَ وَلَا جÙدَالَ ÙÙÙ‰ الْØَجّ٠وَمَا تَÙْعَلÙوْا Ù…Ùنْ خَيْر٠يَعْلَمْه٠اللّٰه٠وَتَزَوَّدÙوْا ÙÙŽØ¥Ùنَّ خَيْرَ الزَّاد٠التَّقْوَى وَاتَّقÙوْن٠يٰأÙولÙÙ‰ الْأَلْبٰبÙ
“Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-baqarah:197)
Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Haji yang dimuliakan Allah,
Dahulu, dalam suasana penuh hikmat seperti ini, Nabi Agung Muhammad saw menyampaikan khutbah wada’nya, di mana beliau menekankan pada beberapa hal, yaitu:
Pesan pertama: memelihara jiwa, harta, dan kehormatan orang lain.
Rasulullah saw bersabda:
ÙÙŽØ¥Ùنَّ دÙمَاءَكÙمْ وَأَعْرَاضَكÙمْ عَلَيْكÙمْ Øَرَامٌ ÙƒÙŽØÙرْ مَة٠يَوْمÙÙƒÙمْ هَذَا ÙÙÙŠ بَلَدÙÙƒÙمْ هَذَا ÙÙÙŠ شَهْرÙÙƒÙمْ هَذَا Ùَأَعَادَهَا Ù…Ùرَارًا Ø«Ùمَّ رَÙَعَ رَأْسَه٠Ùَقَالَ اللَّهÙمَّ هَلْ بَلَّغْت٠؟ )رواه البخاري(
“Sesungguhnya darah dan harta benda kamu sekalian adalah haram atas kalian, kalian harus menjaganya sebagaimana menjaga keharaman (kehormatan) tempat di bulan ini. Lalu Rasulullah saw menengadahkan wajahnya dan berkata, “Ya Allah, bukankah telah aku sampaikan, ya Allah, bukankah telah aku sampaikan? (HR. Bukhari)
Demikian pesan Rasulullah SAW agar umat Islam tidak saling menumpahkan darah, dan tidak mengambil harta saudaranya dengan jalan yang tidak dibenarkan, serta mencemarkan nama baik orang lain. Maka bila kita mengaku umat Rasulullah saw, sudah sepatutnya untuk senantiasa menjaga keselamatan diri, keluarga dan masyarakat, terutama kedamaian bagi bangsa kita, Indonesia, selaras dengan seruan Islam sebagai rahmatan lil-‘alamin.
Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Haji yang dimuliakan Allah,
Pesan kedua: Kaum wanita adalah amanat bagimu.
Rasulullah saw bersabda:
ÙَاتَّقÙوْا للّٰهَ ÙÙÙŠ النّÙسَاءÙØŒ ÙÙŽØ¥ÙنَّكÙمْ أَخَذْتÙÙ…Ùوْ Ù‡Ùنَّ بÙأَمَان٠اللّٰهÙØŒ وَاستَØْلَلْتÙمْ ÙÙرÙوْجَهÙنَّ بÙÙƒÙŽÙ„Ùمَة٠اللّٰه٠… اَلْØَدÙيثَ. )رواه مسلم عن جابر(
“Maka takutlah kalian kepada Allah dalam urusan wanita, dan sesungguhnya kalian telah mengambil mereka sebagai amanat dari Allah, dan kalian telah dihalalkan untuk hidup bersama mereka dengan ketetapan Allah”. (HR. Muslim dari Jabir ra)
Pesan ini akan sangat berarti bila kita perhatikan dengan seksama. Kita banyak saksikan dalam berbagai kasus bahwa keberadaan wanita sering kali disalahgunakan. Pelecehan terhadap mereka telah marak di mana-mana. Kita sangat prihatin dengan realita ini. Mengapa kita membiarkan mereka lepas dari kesucian, sehingga kehilangan rasa malu? Kehormatan dan harga diri mereka diperdagangkan, karena kita kurang peduli terhadap mereka. Mengapa kita membiarkan mereka terlarut dalam keterpurukan? Ingatlah bahwa Nabi saw telah mengamanatkan kaum wanita kepada kita sekalian. Jagalah dan berikan mereka perlindungan serta bimbinglah mereka agar menjadi wanita-wanita yang solehah, dan perlakukan mereka sesuai aturan syariat. Jangan sampai kita mendalimi dan menganiaya mereka, karena hal itu berarti juga telah menghianati amanat Allah SWT.
Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Haji yang dimuliakan Allah,
Pesan ketiga: Kesetaraan derajat manusia.
Wukuf di Arafah ini merupakan muktamar umat islam sedunia, yang tentunya terdiri dari banyak suku bangsa, dengan ragam budaya dan adat istiadatnya. Dalam Islam, derajat setiap manusia adalah sama. Hanya dengan ketakwaan seseorang akan mulia derajatnya di sisi Allah SWT. Rasulullah saw bersabda:
أَيّÙهَا النَّاسْ Ø¥Ùنَّ رَبَّكÙمْ وَاØÙدٌ، ÙˆÙŽØ¥Ùنَّ أَبَاكÙمْ وَاØÙدٌ، ÙƒÙلّÙÙƒÙمْ Ù…Ùنْ آدَمَ، وَآدَم٠مÙنْ تÙرَابÙØŒ Ø¥Ùنَّ أَكْرَمَكÙمْ عÙنْدَ الله٠أَتْقَاكÙمْ….الØديث )أخرجه Ø£Øمد(
“Wahai manusia, sesungguhnya Tuhanmu satu, dan bapakmu juga satu. Setiap kamu adalah keturunan Adam, dan Adam diciptakan dari tanah. Maka sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu.” (HR. Ahmad)
Keragaman suku bangsa dan budaya ini bertujuan agar kita bisa saling mengenal, bertukar informasi, dan saling mengasihi. Lebih dari itu, diharapkan agar kita dapat saling memberikan jalan keluar dalam memecahkan berbagai masalah demi kepentingan bangsa dan negaranya masing-masing. Maka wukuf di Arafah ini saling memahami antar sesama, dengan dilandasi ukhuwah Islamiyah.
Wukuf di Arafah ini adalah suasana yang paling berkesan untuk menggambarkan persatuan umat. Sudah seharusnyalah kita selalu mengedepankan agenda persatuan dan kebersamaan ketimbang konsentrasi pada perbedaan, lebih mengupayakan saling mendekati dari pada menjauh yang biasanya hanya dikarenakan beda pendapat dan beda pendapatan.
Kita yakin bahwa ruh keislaman kita sangat mampu untuk menuju persatuan itu. Lalu apa lagi yang memberatkan kita sehingga tidak juga merasa bersaudara, bersatu padu, dan saling tolong menolong? Janganlah kita terpecah-belah dan bercerai-berai, karena hal itu akan melemahkan kita semua. Allah SWT berfirman:
وَاعْتَصÙÙ…Ùوْا بÙØَبْل٠اللّٰه٠جَمÙيْعًا وَلَا تَÙَرَّقÙوْا
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS. Ali-‘Imran:103)
Ma’asyiral Muslimin, Jama’ah Haji yang dimuliakan Allah,
Pesan keempat: Meneruskan risalah Ilahiyah.
Ibadah haji ini juga sangat berpotensi untuk menggalang agenda dakwah islam. Dalam khutbah wada’ Rasulullah saw berpesan agar menyampaikan risalah Islam kepada mereka yang berhalangan hadir:
..ÙَلْيÙبَلّÙغ٠الشَّاهÙد٠الْغَا ئÙبَ ÙَرÙبَّ Ù…Ùبَلَّغ٠أَوْعَى Ù…Ùنْ سَامÙع٠)رواه البخاري(
“…Maka hendaklah yang (hadir di sini) menyampaikan kepada yang tidak hadir, mungkin seorang yang disampaikan (kabar ini kepadanya) lebih menyadari yang didengarkan (secara langsung).” (HR. Bukhari)
Ini berarti bahwa kita sebagai duta bangsa, hendaknya kita bisa menyebarluaskan nilai-nilai Islam kepada seluruh umat manusia, terutama untuk masyarakat di sekitar kita. Namun yang perlu dicamkan adalah bahwa dakwah tidak akan berhasil jika kita sendiri tidak dapat menjadi suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Apakah mungkin menganjurkan orang untuk berbuat baik sementara kita sendiri masih berbuat jahat? Bagaimana hendak memberantas maksiat jikalau kita sendiri masih hidup bergelimang maksiat?
Ma’asyiral muslimin, jama’ah haji yang dimuliakan Allah,
Di akhir khutbah ini sepatutnya kita bertanya, sudahkah kita melaksanakan syariat-syariat yang disampaikan oleh Rasulullah saw secara jujur? Mengapa umat Islam umumnya dan bangsa kita khususnya masih ditimpa cobaan-cobaan yang luar biasa? Mari kita jadikan ajaran-ajaran Rasulullah saw sebagai landasan pembangunan bangsa, karena semua motivasi untuk menjadi umat dan bangsa yang maju telah disampaikan oleh Beliau. Sekarang bagaimana kita, umat Islam, menjabarkan norma dan konsepsi agama dalam wujud kerja nyata demi kemajuan bangsa kita tercinta. Untuk ini diperlukan kerja keras dan usaha perbaikan yang sungguh-sungguh, dengan tetap menyertakan do’a setelah kerja keras, tawakkal setelah beramal. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
Ø¥Ùنَّ اللّٰهَ لَا ÙŠÙغَيّÙر٠مَا بÙقَوْم٠Øَتَّى ÙŠÙغَيّÙرÙوْا مَا بÙأَنْÙÙسÙÙ‡Ùمْ ÙˆÙŽØ¥Ùذَا أَرَادَاللّٰه٠بÙقَوْم٠سÙÙˆ ءًا Ùَلَا مَرَدَّلَه٠وَمَا Ù„ÙŽÙ‡ÙÙ… مّÙنْدÙوْ Ù†ÙÙ‡Ù Ù…Ùنْ وَالÙ
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.(QS. Ar-Ra’d:11)
Mari kita bangun bangsa kita Indonesia dengan komitmen bersama dan etos kerja yang tinggi, dimulai dengan perbaikan diri pribadi, demi menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang digambarkan oleh Allah SWT sebagai “Baldatun Tayyibatun Wa Rabbun Gafur”, bangsa yang makmur dan mendapat magfirah Allah SWT.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah haji yang dimuliakan Allah,
Sebagai penutup Khutbah Arafah ini, merilah dengan ibadah haji kita tumbuhkan semangat berbenah dan memperbaiki diri, karena salah satu ciri haji yang mabrur adalah mereka yang senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas amal perbuatannya setelah mengerjakan haji. Di samping itu, kita berharap semoga kita semua diberikan kekuatan lahir dan batin untuk dapat mengaktualisasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga ibadah haji kita ini mampu melebur dosa, membersihkan noda dan kotoran batin kita, sehingga jiwa kita kembali bersih seperti bayi yang baru lahir, sesuai sabda Rasulullah saw:
مَنْ Øَجَّ Ù„Ùلّٰه٠Ùَلَمْ يَرْÙÙثْ وَلَمْ ÙŠÙŽÙْسÙقْ، رَجَعَ كَيَوْم٠وَلَدَتْه٠أÙمّÙÙ‡Ù )رواه البخاري Ùˆ مسلم(
“Barangsiapa melaksanakan haji karena Allah, dengan menghindarkan diri dari bercakap kotor, serta tidak berbuat fasik, maka ia kembali suci seperti pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
بَارَكَ الله٠لÙيْ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙمْ ÙÙÙ‰ الْقÙرْاَن٠الْعَظÙيْمÙ. ÙˆÙŽÙ†ÙŽÙَعْنÙيْ وَاÙيَّاكÙمْ بÙمَا ÙÙيْه٠مÙÙ†ÙŽ اْلَايَة٠وَالذّÙكْر٠الْØÙŽÙƒÙيْمÙ. وَتَقَبَّلَ Ù…ÙنّÙÙ‰ ÙˆÙŽÙ…ÙنْكÙمْ تÙلَاوَتَه٠إÙنَّه٠هÙÙˆÙŽ السَّمÙيْع٠الْعَلÙيْمÙ. Ø£ÙŽÙ‚Ùوْل٠قَوْلÙÙ‰ هَذَا وَأسْتَغْÙÙر٠اللهَ الْعَظÙيْمَ Ù„ÙÙ‰ ÙˆÙŽÙ„ÙŽÙƒÙمْ ÙˆÙŽÙ„ÙسَائÙر٠الْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ وَالْمÙسْلÙمَات٠وَالْمÙؤْمÙÙ†Ùيْنَ وَالْمÙؤْمÙنَات٠ÙَاسْتَغْÙÙرÙوْه٠إÙنَّه٠هÙÙˆÙŽ الْغَÙÙوْرÙالرَّØÙيئمÙ
اَلْØَمْد٠لله٠عَلىَ اÙØْسَانÙه٠وَالشّÙكْر٠لَه٠عَلىَ تَوْÙÙيْقÙه٠وَاÙمْتÙنَانÙÙ‡Ù. وَاَشْهَد٠اَنْ لاَ اÙÙ„ÙŽÙ‡ÙŽ اÙلاَّ الله٠وَالله٠وَØْدَه٠لاَ شَرÙيْكَ لَه٠وَاَشْهَد٠اَنَّ سَيّÙدَنَا Ù…ÙØَمَّدًا عَبْدÙه٠وَرَسÙوْلÙه٠الدَّاعÙÙ‰ اÙلىَ رÙضْوَانÙÙ‡Ù. اللهÙمَّ صَلّ٠عَلَى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠وÙعَلَى اَلÙه٠وَاَصْØَابÙه٠وَسَلّÙمْ تَسْلÙيْمًا ÙƒÙثيْرًا, أَماَّ بَعْدÙØŒ Ùَيَا عÙبَادَ اللّٰه٠اÙوْصÙيْكÙمْ وَاÙيَّايَ بÙتَقْوَى اللّٰه٠وَطَاعَتÙه٠لَعَلَّكÙمْ تÙÙْلÙØÙوْنَ
Ma’asyiral muslimin, jama’ah haji yang dimuliakan Allah,
Mari kita bersama-sama bermunajat kepada Allah SWT dengan hati yang khusyu, ikhlas dan penuh tawadu, berdo’a untuk hajat diri kita masing-masing, juga untuk kebaikan negara dan bangsa kita Republik Indonesia, agar segera terbebabaskan dari semua krisis dan bencana yang menimpa kita, serta tidak lupa untuk kemaslahatan umat Islam di seluruh dunia. Semoga mendapat bimbingan dan pertolongan Allah SWT, penuh limpahan rahmat, hidayah, taufiq, inayah serta rida-Nya.
قَالَ الله٠عَزَوَجَلَّ: اÙنَّ اللهَ وَمَلآ ئÙكَتَه٠يÙصَلّÙوْنَ عَلىَ النَّبÙÙ‰ يآ اَيّÙهَا الَّذÙيْنَ آمَنÙوْا صَلّÙوْا عَلَيْه٠وَسَلّÙÙ…Ùوْا تَسْلÙيْمًا. اَللّٰهÙمَّ صَلّÙÙ‰ وَسَلّÙمْ وَبَارÙكْ عَلَى سَيّÙدÙنَا Ù…ÙØَمَّد٠وَعَلَى آلÙه٠وَأَصَØْبÙه٠أَجْمَعÙيْنَ وَارْØَمْنَا مَعَهÙمْ بÙرَØْمَتÙÙƒÙŽ يَاأَرْØÙŽÙ…ÙŽ الرَّاØÙÙ…Ùيْنَ
اَللَّهÙمَّ اغْÙÙرْ Ù„ÙلْمÙؤْمÙÙ†Ùيْنَ ÙˆÙŽ الْمÙؤْمÙنَات٠وَ الْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ ÙˆÙŽ الْمÙسْلÙمَات٠اَلْأَØْيَاء٠مÙنْهÙمْ ÙˆÙŽ الْأَمْوَات٠اÙنَّكَ سَمÙيْعٌ قَرÙيْبٌ Ù…ÙجÙيْب٠الدَّعْوَات٠وَ قَاضÙÙŠÙŽ الْØَاجَاتÙ
“Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah dosa seluruh kaum muslimin dan muslimat, seluruh mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Dekat, Yang Maha Menjawab segala do’a dan Maha Memenuhi segala hajat.”
اَللّٰهÙمَّ يَاغَÙَّار٠يَاغَÙÙوْرÙØŒ اÙغْÙÙرْ Ø°ÙÙ†Ùوْبَنَا ÙˆÙŽØ°ÙÙ†Ùوْبَ شَغْب٠إÙنْدÙوْنÙيْسÙيَا وَزÙعَمَائÙÙ‡Ùمْ. اَللّٰهÙمَّ يَانÙوْر٠يَاهَادÙي٠اÙهْدÙنَا وَاهْد٠شَعْبَ Ø¥ÙنْدÙوْنÙيْسÙيَا وَزÙعَمَاءَهÙمْ، اَللّٰهÙمَّ يَارَØْمٰن٠يَارØÙيْم٠اَرØَمْنَا وَارْØَمْ شَعْبَ Ø¥ÙنْدÙوْنÙيْسÙيَا
“Ya Allah ya Tuhan kami Yang Maha Pengampun dan Maha Pemaaf, ampunilah dosa-dosa kami dan dosa bangsa Indonesia serta para pemimpinnya. Ya Allah ya Tuhan kami, wahai Cahaya, wahai Zat yang Maha Memberi Petunjuk, berilah petunjuk kepada kami dan kepada bangsa Indonesia serta para pemimpinnya. Ya Allah ya Tuhan kami, Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih, kasihanilah kami dan bangsa Indonesia serta para pemimpinnya.
اَللّٰهÙمَّ يَاقَوÙيّ٠يَامَتÙيْن٠قَوّ٠ضَعْÙَنَا وَضَعْÙÙŽ شَعْب٠إÙنْدÙوْنÙيْسÙيَا وَزÙعَمَائÙÙ‡Ùمْ.
Ya Allah ya Tuhan kami Yang Maha Kuat dan Maha Perkasa, kuatkanlah kami dari kelemahan kami, dan kelemahan bangsa Indonesia, serta kelemahan para pemimpinnya.
اَللّٰهÙمَّ اَنْصÙر٠الْإÙسلَامَ وَالْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ وَأَعْل٠كَلÙمَتَكَ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ يَوْم٠الدّÙيْن٠وَاخْذÙل٠الْكَÙَرَةَ وَالْمÙبْتَدÙعَةَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدّÙيْنÙ. اَللّٰهÙمَّ لَا تÙمَكّÙن٠الْأَعْدَاءَ ÙÙيْنَا وَلَا Ù…Ùنَّا. وَلَا تÙسَلّÙطْهÙمْ عَلَيْنَا بÙØ°ÙÙ†ÙوْبÙنَا.
Ya Allah, berilah kemenangan kepada umat Islam, tinggikanlah kalimat-Mu hingga akhir nanti, rendahkanlah orang-orang kafir dan ahli bid’ah, musuh-musuh-Mu dan musuh-musuh agama-Mu. Janganlah Engkau jadikan musuh-musuh berada di antara kami atau dari golongan kami, dan janganlah Engkau membiarkan mereka menguasai kami karena dosa-dosa kami.
اَللّٰهÙمَّ آمÙنَّا ÙÙÙ‰ أَوْطَانÙنَا، وَأَصْلÙØÙ’ أَئÙمَّتَنَا، وَاجْعَلْ ÙˆÙلَاةَ Ø£ÙÙ…ÙوْرÙنَا Ù…Ùمَّنْ خَاÙÙŽÙƒÙŽ وَاتَّقَاكَ يَارَبَّ الْعَالَمÙيْنَ. وَأَصْلÙØÙ’ جَمÙيْعَ ÙˆÙلَاة٠الْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ، ÙˆÙŽÙˆÙŽÙÙ‘ÙÙ‚ÙÙ‡Ùمْ Ø¥ÙÙ„ÙŽÙ‰ صÙرَاطÙÙƒÙŽØŒ وَلَاتّÙبَاعÙØŒ سÙنَّة٠نَبÙيّÙÙƒÙŽ Ù…ÙØَمَّد٠، اَللّٰهÙمَّ املأ Ù‚ÙÙ„ÙوْبَهÙمْ بÙمَزÙيْد٠مÙÙ†ÙŽ الْإ٠يْمَان٠بÙÙƒÙŽØŒ وَبÙمَزÙيْد٠مÙÙ†ÙŽ الْØÙبّ٠لَكَ، وَبÙمَزÙيْد٠مÙÙ†ÙŽ الْتَعظÙÙŠÙÙ…Ù Ù„ÙØÙرْمَاتÙÙƒÙŽØŒ وَاجْمَعْ اَللّٰهÙمَّ بÙÙ‡Ùمْ أَمْرَ Ù‡ÙŽØ°Ùه٠الْأÙمَّة٠عَلَى مَايÙرْضÙيْكَ.
Ya Allah, berilah kami kedamaian di negeri kami, perbaikilah pemimpin-pemimpin kami, jadikanlah mereka orang-orang yang bertaqwa kepada-Mu. Dan perbaikilah seluruh pemimpin-pemimpin umat Islam sedunia, bimbinglah mereka untuk menuju jalan-Mu, dan untuk mengikuti ajaran Nabi Besar Muhammad saw. Ya Allah, isilah hati mereka dengan iman sepenuhnya kepada-Mu dan cinta serta pengagungan akan kesucian-Mu, dan dengan perantaraan mereka satukanlah ya Allah urusan umat ini menuju apa yang Engkau ridai.
اَللّٰهÙمَّ اجْعَلْ بÙلَادَنَا Ø¥ÙنْدÙوْنÙيْسÙيَا بَلَدًا آمÙنًا Ù…ÙطْمَئÙنًّا رَخÙيًّا Ù…ÙسْتَظÙلًّا بÙظÙلّ٠كÙتَابÙÙƒÙŽØŒ Ù…ÙلْتَزÙمًا بÙهَدْي٠نَبÙيّÙÙƒÙŽ Ù…ÙØَمَّد٠، وَسَائÙرَ بÙلْدَان٠الْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ.
Ya Allah, jadikanlah negeri kami Indonesia dan negeri-negeri umat Islam, negeri yang aman, damai dan sejahtera, berpegang teguh pada kitab suci-Mu, serta ta’at pada petunjuk Nabi Muhammad saw. Bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.
Ya Allah, berilah kami hidayah, sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri hidayah. Berilah kami kesehatan, sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan. Berilah kami kekuasaan untuk mengabdi, sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri kekuasaan. Berkahilah kami, terhadap apa yang telah Engkau berikan. Jauhkanlah kami dari kejelekan yang telah Engkau putuskan. Karena Engkaulah zat Yang Maha Memutuskan dan bukan zat yang diputuskan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segalanya.
Allahumma ya Allah,
Perbaikilah untuk kami, agama kami yang merupakan pelindung segala urusan kami. Perbaikilah keadaan dunia kami, yang merupakan tempat kehidupan kami. Dan perbaikilah akhirat kami, yang merupakan tempat kembali kami. Jadikanlah hidup ini sebagai tambahan bagi kami untuk berbuat berbagai kebajikan. Dan jadikanlah mati (ajal kami) sebagai peristirahatan dari berbagai kejahatan.
Ya Allah, terimalah taubat kami, bersihkanlah dosa-dosa kami. Kabulkanlah do’a permohonan kami. Kuatkanlah hujjah kami. Tunjukilah hati kami. Luruskanlah perkataan kami, dan lenyapkanlah keburukan kami.
رَبَّنَا اغْÙÙرْ لَنَا ÙˆÙŽÙ„ÙوَالÙدَيْنَا، ÙˆÙŽÙ„ÙØ¥ÙخْوَانÙنَا الْØَاضÙرÙيْنَ وَوَالدَيْهÙمْ، ÙˆÙŽÙ„ÙمَشَايÙØ®Ùنَا وَلأَرْبَاب٠الْØÙÙ‚Ùوْق٠عَلَيْنَا ÙˆÙŽÙ„ÙسَائÙر٠الْمÙسْلÙÙ…Ùيْنَ أَجْمَعÙيْنَ.
Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah kami dan kedua orang tua kami, saudara-saudara kami yang hadir di sini dan orang tua mereka, dan guru-guru kami, dan orang-orang yang mempunyai hak atas kami, dan seluruh kaum muslimin.
رَبَّنَا آتÙنَا ÙÙÙŠ الدّÙنْيَا Øَسَنَةً ÙˆÙŽ ÙÙÙŠ الْأَخÙرَة٠Øَسَنَةً ÙˆÙŽÙ‚Ùنَا عَذَابَ النَّارÙ
Ya Allah ya Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia dan di akhirat, dan hindarkanlah kami dari siksa neraka.
سÙبْØَانَ رَبّÙÙƒÙŽ رَبّ٠الْعÙزَّة٠عَمَّا يَصÙÙÙوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمÙرْسَلÙيْنَ، وَالْØَمْد٠لÙلّٰه٠رَبّ٠الْعَالَمÙيْنَ.
Maha Suci Tuhanmu, Tuhan pemilik kemuliaan, dari apa yang mereka sifatkan. Dan keselamatan semoga terlimpah kepada para rasul. Dan pujian hanya milik Allah semata, Tuhan semesta alam.
وَالسَّلاَم٠عَلَيْكÙمْ وَرَØْمَة٠اللّٰه٠وَبَرَكَاتÙÙ‡Ù