Kegiatan apel pagi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap, Selasa (21/4) di halaman Kankemenag Kab. Cilacap Jl. Perwira No. 14 A, tampak berbeda dari biasanya, yakni petugas apel hingga pembina semua putri.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupten Cilacap melalui Kasubbag Tata Usaha Jasmin, menginstruksikan kepada seluruh apartur sipil negara di Lingkungan Kankemenag Kab. Cilacap, bahwa dalam rangka memperingati perjuangan R.A. Kartini, petugas apel semuanya putri. Hal tersebut bertujuan untuk menghargai dan menghormati semangat perjuangan R.A. Kartini yang juga adalah seorang santriwati, dalam menyejajarkan harkat dan martabat kaum wanita dengan pria.
“Kesetaraan harkat, martabat dan derajat wanita dengan pria, adalah menempatkan wanita sesuai fitrah dan kapasitasnya sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah SWT menurut petunjuk Al-Qur’an. Jadi emansipasi wanita sudah jauh sebelum manusia menggembor-gemborkan, pedoman umat Islam Al-Qur’an dan Nabi Muhammad saw, sudah sejak dahulu kala mengatur kesejajaran wanita dengan pria. Oleh karenanya, kita sebagai umat Islam harus meneladani perjuangannya yang walaupun jauh dari negeri Arab, namun jiwa dan pemikirannya sangatlah Islami, tegasnya.
Mempengaruhi Pemikiran RA. Kartini
Sebagai ulama yang berpikiran maju, KH Saleh darat senantiasa menekankan perlunya ikhtiar dan kerja keras, setelah itu baru bertawakal, menyerahkan semuanya pada Allah. Ia sangat mencela orang yang tidak mau bekerja keras karena memandang segala nasibnya telah ditakdirkan oleh Allah SWT. Ia juga tidak setuju dengan teori kebebasan manusia yang menempatkan manusia sebagai pencipta hakiki atas segala perbuatan. Tradisi berpikir kritis dan mengajarkan ilmu agama ini terus dikembangkan hingga akhir hayatnya.
KH Saleh darat banyak menulis kitab-kitab dengan menggunakan bahasa PEGON ( hurup Arab dengan menggunakan Bahasa Jawa), bahkan dialah pelopor penulisan buku-buku agama dalam bahasa Jawa. Beliau pula yang menterjemahkan Al-Qur'an yakni Kitab Faid ar-Rahman yang merupakan Tafsir pertama di Nusantara yang ditulis dengan Hurup Pegon, Terjemahan Al-Qur'an dalam aneka versi bahasa, bukan hal asing lagi sekarang.
Pada Jaman itu pemerintah Hindia Belanda membuat larangan penterjemahan kitab suci Al-Qur’an akan tetapi beliau mampu mensiasati situasi demikian dengan menulisnya karyanya menggunakan arab jawa atau Pegon maka dengan demikian tidak diketahui oleh Belanda.
KH Saleh Darat sangat mempengaruhi pemikiran pejuang wanita Indonesia yaitu RA Kartini, hadiah paling berharga dalam pernikahannya adalah kitab-kitab yang diterjemahkan dengan huruf pegon dengan demikian RA Kartini mampu mempelajari ayat-ayat Al-Qur’an. Judul tulisannya “Habis Gelap Terbitlah Terang” terinspirasi dari penggalan ayat : “Mina dzulumati ila Nur“. Kartini sungguh girang menerima hadiah itu, dalam kesempatan mengikuti pengajian Kyai Saleh Darat di Pendopo Kasultanan Demak mengungkapkan: ”Selama ini surat Al Fatihah gelap bagi saya, saya tidak mengerti sedikit pun akan maknanya, tetapi sejak hari ini ia menjadi terang benderang sampai kepada makna yang tersirat sekali pun, karena Romo Kiai menjelaskannya dalam bahasa Jawa yang saya pahami”. (on)