Peringatan Nuzulul Quran tingkat Kabupaten Cilacap digelar Jumat malam (3/7) di Pendopo Wijaya Kusuma Cakti Cilacap. Umat muslim mulai dari kalangan pemerintahan hingga masyarakat luas membanjiri acara tersebut. Karena tidak mampu menampung, banyak jamaah melaksanakan salat tarawih hingga pengajian berakhir di halaman pendopo.
Bertindak sebagai imam salat tarawih adalah Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap Mughni Labib. Dalam sambutannya, Mughni Labib menegaskan bahwa tidak ada sumber hukum yang menjelaskan jumlah rakaat salat tarawih. Jadi, bagi umat Islam yang melaksanakan delapan maupun 20 rakaat, keduanya sah. Aturan yang jelas yakni, salat sunnah dilaksanakan setiap dua rakaat satu kali salam. Untuk itu, pihaknya mengimbau agar umat Islam tidak mempermasalahkan hal tersebut, karena hal tersebut bukanlah suatu masalah.
Bupati Cilacap, Tato Suwarto Pamuji dalam sambutannya mengajak umat Islam agar menjadikan kegiatan membaca al Qur’an sebagai budaya. “Membaca al Qur’an merupakan kegiatan yang sangat mulia, karena mendatangkan banyak kebaikan, baik bagi yang membaca maupun yang mendengarkan. Yang lebih utama lagi jika mengatahui artinya. Jika tidak mengetahui artinya pun, masih tetap mendapatkan pahala.” Tuturnya.
Bupati mengumpamakan seseorang yang hendak mengambil air menggunakan sebuah keranjang. Walaupun keranjang tidak bisa untuk mengambil air, tetapi paling tidak akan bersih karena dicelupkan ke air berkali-kali. Begitulah perumpamaan membaca al Quran bagi yang belum mengetahui artinya.
Empat golongan dirindukan sorga
Dalam tausiyahnya, KH. Towil Mansur dari Kabupaten Kebumen mengatakan, bahwa terdapat empat golongan manusia yang dirindukan sorga. Meraka adalah orang yang membaca Al-Qur'an, orang yang menjaga lisan, pemberi makan orang yang kelaparan, dan orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan.
Dari keempat golongan tersebut, hampir seluruhnya berhubungan erat dengan aktivitas ibadah di bulan Ramadan. Membaca al-quran adalah bernilai ibadah disisi Allah ta'ala. Sahabat Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan:” Membaca al-quran dalam keadaan shalat maka baginya adalah setiap huruf yang ia baca 50 kebaikan, barang siapa yang membaca al-quran diluar shalat dalam keadaan berwudhu maka baginya setiap hurufnya 25 kebaikan, dan barangsiapa yang membaca al-quran dengan tidak berwudhu maka baginya setiap hurufnya pahala 10 kebaikan.
Ditegaskan pula bahwa, orang yang betul-betul berpuasa di bulan Ramadan, maka dia secara otomatis akan rajin membaca al-Quran, bisa menjaga lisannya, suka memberi makan orang yang kelaparan. Karenya Sang Ustad berpesan untuk meningkatkan kualitas puasanya dan mengajak agar mendukung pernyataan bupati supaya membaca al-Quran menjadi budaya dan gaya hidup masyarakat.(on)