Dalam rangka meningkatkan kualitas layanan pendidikan di madrasah tsanawiyah, Kelompok Kerja Kepala (K3) Madrasah Tsanawiyah, Senin (12/12) mengadakan studi banding ke Pesantren Daarul Qur’an Tangerang Banten.
Ketua K3 MTs Kabupaten Cilacap, Mohammad Wahyudin Prasetyo menegaskan bahwa studi banding sangat diperlukan bagi peningkatan kualitas pendidikan. Jatuhnya pilihan kepada yayasan Daarul Qur’an menurutnya berdasarkan perkembangannya yang begitu pesat dan mendunia. Untuk itu perlu pihaknya mengadakan kunjungan langsung agar bisa mendapatkan ilmu dibalik kesuksesannya.
Setibanya di pesantren Daarul Qur’an, rombongan langsung disambut dengan penuh keakraban. Ustad Yusuf Mansur sebagai nara sumber utama kebetulan sedang berada di Tasikmalaya. Berkenan menjadi narasumber adalah Ustad Agus Jumadi selaku Kepala SMP Daarul Qur’an. Narasumber kedua yakni Mohamad Harun Arrasyid dari pengasuh santri.
Terkait sejarah, Ustad Jumadi menjelaskan bahwa tidak ada sesuatu yang berjalan dengan mulus. Semua berangkat dari perjuangan yang sangat berat dan panjang. Yang membedakan adalah wujud dari hambatan itu sendiri yang disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Karenanya, untuk maju menurutnya harus yakin dengan apa yang dikerjakan agar diijabah oleh Allah Swt. Selanjutnya, usaha secara maksimal, kreatif dan dinamis dalam penerapan menuju perbaikan. Dan yang terakhir agar digempur dengan sedekah dengan syarat yakin. Allah akan melipatgandakan rizqi yang disedekahkan jika 100% yakin dan inilah modal terberat menurutnya.
Untuk kurikulum, Pesantren Daarul Qur’an mengadopsi dari tiga sumber, Kemendiknas, Pesantren Modern Gontor dan Pesantren Salaf. Penggabungan tersebut dimaksudkan untuk saling melengkapi. Pada realita keseharian kurikulum dilaksanakan dari siswa atau santri tidur hingga tidur kembali. Dengan demikian kurikulum dilaksanakan total terkait seluruh aktifitas siswa dan guru.
Sementara itu, ustad Harun banyak bercerita bagaimana suka dan dukanya mengatur ribuan santri. Dengan jumlah sebesar itu, masalahnya pun sebanding. Misalnya, adanya santri yang kabur, bandel dan lainnya. Semuanya itu bagi pengurus tidak dianggap masalah, melainkan daya kreatifitas. Solusinya, para guru dituntut untuk mengembangkan metode dan teknik mendidik yang smart dan dinamis.
Dari penuturan kedua narasumber, rombongan merasa tergugah untuk bisa melaksankan apa yang telah diterimanya.(on)