Ujian Nasional (UN) tahun 2016 selain diikuti siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), juga diikuti santri Pondok Pesantren (PP) tingkat menengah (Wustha). Tahun 2016 ini, terdapat 153 Santri PP Wustha mengikuti UN yang tersebar di lima kecamatan dan ditampung dalam 11 ruang ujian .
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap, Mughni Labib mengatakan, bahwa meraka berasal dari tujuh PP penyelenggara pendidikan kesetaraan program paket B/wustha. Yakni PP Hidayaturrahman Ke. Majenang terdapat 5 peserta. PP Al Huda Kec. Binangun terdapat 32 peserta. PP Nurul Mubtadiin Kec. Kawunganten 31 peserta. PP Al Fiel Kec. Kesugihan 26 peserta. PP Raudlotut Tholabah Kec. Binangun 24 peserta. PP Hidayatul Fauzaniyyah Kec. Cimanggu 16 peserta, dan PP Al Aman Kec. Cimanggu 19 peserta.
Kakankemenag menerangkan, bahwa program kesetaraan ini sasarannya adalah para santri putus sekolah, yakni mereka yang setelah lulus SD atau MI tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya. Untuk itu, pemerintah melalui Kementerian Agama menyelenggarakan Pondok Pesantren wustha. Di mana para santri selain mengkaji ilmu tasawuf atau keagamaan, mereka juga belajar ilmu pengetahuan umum, khususnya yang diujikan secara nasional.
Kegiatan belajar para santri dalam mengkaji mata pelajaran yang di-UN-kan, jadwalnya disesuaikan dengan situasi dan kondisi pesantren masing-masing. Sebagai langkah standarisasi mutu, para santri dipandu atau difasilitasi oleh tutor yang berasal dari para guru madrasah tsanawiyah ataupun sekolah menengah pertama di sekitar pesantren.
Terkait keabsahan ijazah PP wustha ini dijamin oleh pemerintah, bahkan ditandatangani langsung oleh dua instansi sekaligus. Yakni Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) serta Kementerian Agama. Karena merupakan program kesetaraan, secara otomatis kekuatan dan kualitas ijazahnya pun sama dengan MTs maupun SMP.(on)